Postingan

Senandung Cinta Rumaisha 17

 Tak mau lagi menciptakan tangisan, Rumaisha dan Ibra kini melaksanakan jamaah shubuh bersama. Ah, rasanya sulit jika menghentikan tangisan begitu saja. Nyatanya, rasa sakit masih terasa. Usai shalat, Maisha mencium tangannya lekat, sedang Ibra sakit merasakan punggung tangannya telah basah akan air matanya. "Kang, jangan diam saja!" Ibra menghela napas berat, "apa yang akan kamu lakukan, Sha?" Maisha mendongak dengan buliran bening yang sudah jatuh berceceran, "apapun yang Kang Ibra minta." Ibra mengangguk, "temui Dia sepulang kuliah!" "U-untuk?" Ibra menyentuh tangan Maisha, menuntunnya tuk melekat tepat di dadanya, "ada jawabannya di sini." Tes Maisha paham betapa sakitnya hati Ibra. Gadis itu mendekat memeluk sang suami erat. Bibirnya merancau, meraung memohon maafnya. "Maisha salah, kang. Maafkan Maisha. Maaf, sekali lagi maaf!" Ibra bukanlah batu hingga begitu sulit luluh. Percayalah, Abdi

Senandung Cinta Rumaisha 16

  Siapkan Tisu, karena part ini mengandung bawang 😭 Hidup masih tentang perjuangan. Perjuangan mencari kebahagiaan bersama cita dan cinta. "Kang," ucapnya menunduk ragu. "Kenapa? Kok kayaknya sedih gitu?" Maisha mendongak dan berusaha tersenyum, "nggak apa-apa kok, Kang." Ibra mengehela napas, "lupa sama janji semalam? Kalau ada apa-apa cerita, Sha!" Maisha bingung harus menjawab apa, "eh, i-iya, Kang. Nanti saja. Kang Ibra bisa antar Maisha sekarang?" Lelaki itu begitu meneduhkan, senyum menawannya membuat Maisha merasa tenang seketika. "Ayo!" Dalam perjalanan, Maisha tak layaknya gadis cerewet seperti hari sebelumnya. Kini, Dia hanya menunduk, sesekali memindai jalanan. Sesaat, netranya menangkap sosok gadis kecil berada di antara apitan Ayah Bunda. "Umma, mana hadiahnya Icha?" "Yee, Umma baik, deh. Hadiahnya bagus!" "Yee, Icha dapat hadiah lagi dari Buya." "Umma,

Senandung Cinta Rumaisha 15

  Ummi…. Tsumma ummil haddi akhir yaumfa’umri Hubbi min awwil haya tiwhammuhammi Illi kattar khoir hadab khoir hafi dammi wa’aishfi Detik ini, Rumaisha berdiam di kamar menunggu sang suami yang sedang bertugas di pesantren sejak siang tadi. "Umma, Maisha kangen." Sejenak, tangannya mengambil ponsel dan mencari kontak bernamakan kang suami. Me Assalamualaikum, kang suami. Kang, Maisha rindu Umma. Habis ini main ke Umma Buya, yuk. 5 menit, balasan dari Ibra membuatnya memekik kesenangan. Kang suami Waalaikumsalam, istriku. Iya, Maisha siap-siap dulu. Habis ini selesai ngajinya. Hatinya begitu riang, gadis itu pun bersemangat berbenah diri. Sempurna, Maisha duduk di depan kaca sembari memandangi wajah ayunya. Tak di sangka, sentuhan lembut di pundaknya membuatnya terlonjak seketika. "Terlalu fokus dandan sampe suami pulang nggak diperhatikan. Dandan buat siapa sih, hmm?" Tanya Ibra lirih di telinga kanannya. Maisah menoleh dan menya

Senandung Cinta Rumaisha 14

 Lelah musnah saat jiwa bangun dengan rasa bahagia. Suara jangkrik bersahutan, menemani munajatnya apda sang Kuasa. Dalam doa, dua insan saling menyebut nama, berharap segera sampai bersama di titik teratas sakinah. "Ada apa?" Ibra memandang heran sang Istri yang menyalaminya lama tanpa kata. "Kang Ibra masih marah?" "Bahas itu nanti saja, Sha! Jangan mengawali hari dengan kegundahan." "Tap-" "Ssst, sudah. Sekarang, ayo ngaji!" Gadis itu menurut, mengatur posisi, dan membaca Al-Quran bersama. Saat ayat Allah terlantun indah, ada ketenangan yang menyusup dalam jiwa. Lantunan terus berlanjut hingga datang waktu 2 rakaat wajib. Keduanya bermunajat, berdoa tuk kebaikan bersama. "Sha, hari ini mau masak apa?" Maisha mendongak, "kok tumben tanya gitu, Kang?" Ibra terkekeh, "Nggak apa-apa, pengen tau aja." "Kang Ibra pengen makan apa?" "Emm, nasi goreng." "Ok, Mais

Senandung Cinta Rumaisha 13

 Lihat, dunia itu luas! Tak mungkin hidup 1000 tahun hanya berteman tawa. Adakalanya lara menyapa meski sekedar singgah. Dengar, mengarungi bahtera rumah tangga tak melulu soal harta! Cinta itu utama, namun kepercayaan modal yang sempurna. Saat dua insan menjalin cinta, namun masih menyimpan dusta meski hanya satu kata, semua tak ada guna. Yang katanya cintanya sudah tertanam rapat, yang katanya sudah rindu berat, semua itu hanya ungkapan keparat yang membuat hati semakin tersayat. "Kang, percaya sama Maisha?" Rumaisha menghentikan kunyahan sesaat. Ibra pun ikut menghentikan makan, memandang lekat wajah Ahza, "Sha, Aku percaya. Sekarang, ayo makan!" Percaya? Apa definisi percaya? Hanya sekedar kata 'Ya percaya'? Atau ada hal lain yang lebih istimewa? "Kang," "Apalagi sayang?" Hati Maisha yang sedikit resah berubah riang seketika, "duh, Maisha baper." "Maisha, Maisha. Apa Kamu juga bersikap selucu ini pada tem

Senandung Cinta Rumaisha 12

 "Masak apa, Sha?" "Ayam goreng spesial, dong. Tapi nggak tau rasanya," ucapnya terkekeh, "nih, Maisha lihat di youtube." Ibra mendekat dan mencubit pipinya gemas, "duh, istriku mulai rajin." "Kok gitu? Emang kemarin nggak rajin, ya?" "Hmm, salah lagi. Diem bae lah." Bukan marah, gadis itu justru tertawa sedang Ibra duduk menggeleng menyaksikan tingkahnya. "Kang, sini deh!" Lelaki yang dipanggil pun mendekat, "ada apa?" "Bantuin, Maisha." "Sini! Bantuin apa? Menggoreng? Ngiris bawang? Atau apa?" "Eh bukan, Kang!" "Terus?" "Pipi Maisha gatel, kang. Tangan Maisha kotor." "Iya, terus?" "Ih, nggak peka banget. Bantu garuk, kang!" Ibra membeku sejenak, lalu terbahak memahami maksudnya, "Allah... Maisha, Aku pikir apa." Setelahnya, Ibra mengangkat tangannya dan menggosok perlahan pipi chubby sang istri.