Senandung Cinta Rumaisha 17
Tak mau lagi menciptakan tangisan, Rumaisha dan Ibra kini melaksanakan jamaah shubuh bersama. Ah, rasanya sulit jika menghentikan tangisan begitu saja. Nyatanya, rasa sakit masih terasa. Usai shalat, Maisha mencium tangannya lekat, sedang Ibra sakit merasakan punggung tangannya telah basah akan air matanya. "Kang, jangan diam saja!" Ibra menghela napas berat, "apa yang akan kamu lakukan, Sha?" Maisha mendongak dengan buliran bening yang sudah jatuh berceceran, "apapun yang Kang Ibra minta." Ibra mengangguk, "temui Dia sepulang kuliah!" "U-untuk?" Ibra menyentuh tangan Maisha, menuntunnya tuk melekat tepat di dadanya, "ada jawabannya di sini." Tes Maisha paham betapa sakitnya hati Ibra. Gadis itu mendekat memeluk sang suami erat. Bibirnya merancau, meraung memohon maafnya. "Maisha salah, kang. Maafkan Maisha. Maaf, sekali lagi maaf!" Ibra bukanlah batu hingga begitu sulit luluh. Percayalah, Abdi ...